Beberapa tahun yang lalu, dunia sempat tersentak ketika Deep Blue, komputer super canggih dengan kecepatan 300 juta kalkulasi per detik, mengalahkan Gary Kasparov, pecatur nomor satu dunia dalam pertandingan manusia versus mesin. Begitu lama catur telah dikenal sebagai olahraga bergengsi yang mengandalkan otak, tetapi dengan kekalahan itu, seakan-akan ditandakan bahwa keberadaan manusia tercampakkan. Otak manusia kalah oleh mesin komputer yang sebenarnya buatan manusia sendiri.
Peristiwa seperti di atas tidak akan menjadi suatu kejutan bila kita menyadari keberadaan teknologi dewasa ini. Dunia manusia sudah semakin ruwet dengan jejaring teknologi. Mesin-mesin yang digerakkan komputer bukan lagi suatu hal yang aneh. Perangkat yang ada di kantor-kantor besar seperti di Amerika mampu menggantikan tugas-tugas manusia, misalnya menjaga keamanan, menyiapkan makanan, dsb. Bukan tidak mungkin dalam kurun waktu yang tidak lama lagi, banyak pekerjaan manusia akan digantikan oleh mesin. Pengetahuan manusia akan dimonopoli oleh komputer.
Otak manusia akan kalah oleh jaringan neurosis komputer-komputer super canggih.
Selain itu, komunitas maya akan mudah terbentuk dan orang tidak perlu lagi pergi keluar rumah, tinggal pesan segala sesuatu yang kita butuhkan melalui jaringan dunia maya dan setelahnya di-klik saja, maka apa yang dibutuhkan segera datang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, komunitas maya tersebut secara eksplisit sudah mewujud dalam komunitas pertemanan semacam friendster dan facebook, di mana tidak jarang beberapa orang menggunakannya sebagai sarana untuk mencari jodoh pula.
Dari semua fenomena ini begitu kentara bahwa teknologi itu berjalan dan berkembang bersamaan dengan kehidupan manusia. Seberapa jauhkah teknologi itu melampaui manusia?
Artificial Intelligence
Satu hal yang baru dalam perkembangan komputer dewasa ini adalah hadirnya Artificial Intelligence. Artificial Intelligence adalah sebuah perangkat komputer yang bisa berpikir sendiri. Perangkat ini hampir serupa dengan cara kerja otak manusia. Di dalamnya terdapat jaringan neural, algoritma genetik, sistem dan logika yang canggih. Dengan perangkat yang demikian, cara kerja perangkat ini hampir sama dengan cara kerja otak manusia. Menurut Bill Gates dalam bukunya The Road Ahead, perangkat ini di masa yang akan datang dapat mengerti kebutuhan dan perasaan kita, seperti misalnya memilihkan dan menghidupkan musik yang sesuai dengan perasaan kita ketika memasuki rumah sepulang dari kantor.
Gates menambahkan bahwa dengan adanya perangkat ini, di masa yang akan datang tenaga manusia tidak dibutuhkan lagi. Manusia hanya berperan dalam dunia moral dan etika saja, sedangkan bidang-bidang lain akan dikuasai oleh Genetika, Nanoteknologi dan Robot (GNR). Tiga serangkai ini adalah kekuatan yang akan mendominasi teknologi di masa yang akan datang. Genetika sendiri menunjuk pada perkembangbiakan genetika seperti maraknya kloning. Nanoteknologi adalah berbagai macam peralatan teknologi terapan yang menggunakan perangkat sangat lunak dan tidak membutuhkan banyak ruang. Sedangkan Robot adalah perangkat yang bekerja menggantikan manusia dalam berbagai macam kegiatan, seperti mencuci, menulis, dsb.
Siapakah Kita di Jejaring ini?
Pesatnya perkembangan teknologi terutama lewat komputerisasi, membuat manusia mudah menjadi lupa akan keberadaannya. Segala pekerjaan diserahkan perlahan-lahan pada kecanggihan komputer. Lama-kelamaan manusia menjadi mabuk akan teknologi komputer, bahkan secara tidak sadar menjadikannya berhala baru.
Tetapi anehnya, kemajuan teknologi adalah parameter yang selalu digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu negara. Suka atau tidak suka, kiprah dalam bidang sains dan teknologi sangat menentukan kebesaran dan kejayaan sebuah bangsa. Dalam era teknologi sekarang ini, hampir tidak ada negara yang terlepas dari pengaruh teknologi. Totalisasi teknologi sulit dibendung. Seluruh negara di dunia menggunakan teknologi tinggi, mulai teknologi penerbangan sampai reaktor nuklir. Hubungan manusia dengan teknologi tidak lagi menjadi netral. Posisinya malah berlaku sebaliknya. Teknologi justru berangsur-angsur menjadi subjek, sedangkan manusia menjadi objeknya. Teknologi memperbudak manusia.
Neil Postman dalam bukunya Technopoly mengatakan bahwa setiap teknologi selalu memiliki ideologi yang menyertainya. Cara pandang, berpikir dan cara kerja pengguna akan secara perlahan dipengaruhi oleh teknologi ini. Sekali teknologi tersebut digunakan secara luas di masyarakat, maka akan bekerja sesuai dengan dasar desainnya dan akan bekerja sesuai dengan agenda sosialnya sendiri. Dengan demikian manusia justru didikte oleh teknologi.
Akhirnya, siapakah kita di jejaring ini kalau komputerisasi bisa menjadi seperti manusia. Apakah dengan demikian komputer sama seperti manusia? Bagaimana mungkin manusia disamakan dengan mesin? Lalu, bagaimana sikap kita?
Keterpanggilan Hidup Manusia
Kalau mau disimak lebih jauh, sekalipun komputer bisa menyimpan banyak memori, benda itu hanya memiliki kemampuan menjawab ya atau tidak saja, sedangkan manusia memiliki ratusan jalan untuk akhirnya bisa mengatakan ya atau tidak. Komputer sebenarnya hanya bisa memutuskan dan menentukan sesuai dengan input-input dan kriteria-kriteria yang diberikan. Dengan demikian, permasalahan ini semata-mata terletak pada manusianya!
Pertama, manusia modern (termasuk kita tentunya) sepertinya sedang sakit mental! Sakit mental yang dimaksud adalah penyakit malas. Bak jamur yang tumbuh di musim hujan, penyakit malas ini begitu cepat berkembang ketika dihadapkan dengan kecanggihan teknologi. Anak-anak kita bingung kalau diberi soal hitungan tanpa menggunakan kalkulator. Kita pun kadang pusing dengan motor atau mobil kita yang tiba-tiba mogok, sepertinya dunia sudah kiamat.
Dalam menyikapi penyakit mental ini tidaklah arif jika kita begitu saja membuang ilmu pengetahuan, teknologi dan industri modern. Siapa dari kita yang mau kembali pada ke zaman pra-teknologi atau zaman batu? Basis teknologi tetap perlu bagi manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak harus dibuang, tetapi harus diubah secara kualitatif, sehingga dapat timbul juga suatu masyarakat yang kualitatif. Oleh karena itu, cara mendidik kita salah, jika seorang anak diajari berhitung langsung dengan menggunakan kalkulator. Ujilah dahulu mereka dengan penghitungan secara konvensional. Sebaliknya, kalau punya kendaraan bermotor semestinya sedikit banyak tahu tentang kerusakan-kerusakan ringan, sehingga bisa menanganinya secara darurat. Inilah yang dimaksud dengan menggunakan teknologi secara kualitatif.
Kedua, perlu disadari bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan manusia itu memiliki sifat yang khas sehingga tidak bisa direduksikan kepada kemampuan-kemampuan teknologi. Manusia bisa menunjukkan emosi dan perasaannya secara natural, sedangkan robot sama sekali tidak bisa.
Ketiga, manusia dapat bereaksi atas pengaruh-pengaruh yang diterimanya, dan atas keadaan-keadaan yang mengkondisikan eksistensinya. Teknologi kelihatannya juga mengadaptasikan dirinya dan dalam beberapa hal tertentu dilakukannya secara mengagumkan. Terhadap apa yang mengganggunya, teknologi akan bereaksi secara cepat dan rasional sekali, seperti roket-roket yang dapat mengoreksi sendiri deviasi-deviasi yang mungkin terjadi dalam perjalanannya untuk mencapai tujuan dengan pasti. Tetapi roket-roket itu mampu melakukan hal itu karena mekanisasi, otomatisasi, dan tidak dengan sadar. Mereka nampaknya berbuat dari dirinya sendiri, tetapi sebenarnya mereka bertindak hanya berkat orang yang mendesain dan menyusun mereka, atau berkat orang yang mempergunakan mereka.
Keempat, yang lebih penting lagi, harus dicatat bahwa mesin yang paling pandai dan terampil sekalipun tak pernah bekerja bagi dirinya sebagaimana pada mahluk hidup. Mesin selalu adalah semacam instrumen, suatu sarana, suatu alat yang berguna. Tujuannya, secara mutlak, terdapat di luar dirinya. Objektifnya selalu ditentukan oleh suatu realitas lain yakni manusia. Hanya manusialah sesungguhnya yang mampu menentukan sendiri tujuan-tujuannya. Mesin tidak mempunyai tujuan kecuali kalau tujuan itu sudah diprogramkan.***
Kembali nge-Blog
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar