Derita dan kesusahan manusia tiada pernah habis-habisnya. Setiap hari, entah lewat media massa maupun media elektronik, kita dengar dan lihat cuplikan peristiwa kecelakaan, bencana alam, peperangan, kerusuhan, penggusuran, dsb. Sontak —seringkali— berita itu membuat kita miris kasihan, tergerak hati untuk membantu. Tapi, biasanya rasa kasihan itu hanya bertahan beberapa menit saja. Obyek perhatian beralih pada berita yang lain. Dan berita kesusahan tadi hilang, seperti dibawa angin.
Mengapa ini bisa terjadi?
Ada banyak alasan yang membuatnya demikian. Alasan pertama karena orang itu belum pernah merasakannya sendiri dan tidak bersentuhan langsung dengan kejadian itu (jauh dari tempat kejadian). Alasan kedua, tuduhan bahwa bencana itu terjadi karena kesalahan mereka sendiri, misalnya tidak memelihara lingkungan dengan baik. Atau alasan ketiga, dukungan bagi musuh korban, misalnya memuji penggusuran karena itu berarti menertibkan lingkungan kota dari sesuatu hal yang mengurangi keindahan.
Cuplikan tentang kehidupan sehari-hari di atas dan reaksi di sekitar peristiwa itu memberikan gambaran singkat tentang sebuah paradigma moralitas yang lemah. Menurut Irish Murdoch “the enemy is the fat relentless ego.” Musuh kita adalah ego kita. Kekuatan ego membuat seseorang tertahan pada dirinya sendiri dan karena itu, tindakan yang semestinya dilakukan sama sekali tidak tersentuh.
Ego itu menunjuk pada kehendak otonom manusia. Tetapi kehendak otonom ini berhenti pada tuduhan saja dan tidak menyentuh pada realitas yang sebenarnya. Padahal kehendak otonom manusia itu selalu terarah pada ‘yang baik’. Setiap peristiwa, tidak hanya terbatas pada peristiwa kesusahan dan penderitaan, memiliki suatu daya tarik ‘yang baik’. Namun, daya tarik ini hanya bisa kita rasakan bila kita bangun (keluar dari diri kita) dan berjalan (melihat dengan mata kita) melihat realitas di sekitar kita, menolong atau memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan kita. Oleh karena itu, “Bangunlah dan Berjalanlah!” (Luk 5:23), lakukanlah hal-hal ‘yang baik’ untuk kita lakukan.
-published by Majalah Utusan, April 2006
Kembali nge-Blog
11 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar