Kamis, April 09, 2009

Percaya Itu Indah

Sudah menjadi kebiasaan jika para bangau selalu berpindah-pindah rumah. Mereka tidak selalu mudah untuk bisa menetap terlalu lama. Mereka selalu tergantung dengan banyak hal. Syukur jika sungai tertentu masih menyediakan ikan-ikan. Tetapi jika tidak, mereka mesti siap-siap membanting tulang mengepakkan sayap pergi ke daerah lain.
Sebaliknya, di sisi dunia berbeda, hiduplah semut-semut. Mereka juga bekerja keras. Pantang menyerah demi sanak keluarga mereka. Siapa yang ragu dengan ketekunan semut dalam jerih lelahnya. Tak banyak mahluk lain yang bisa meniru hidup mereka.
Namun, suatu kali bencana menimpa negeri para semut. Bahan makanan semakin habis. Sementara itu, lingkungan mereka tidak mungkin lagi menyediakan yang baru. Musim kering sudah terlalu lama mencengkeram kehidupan mereka. Mereka hanya tinggal bergantung pada jasad-jasad renik mahluk lain yang tidak bisa bertahan. Tikus matipun sudah cukup bagi mereka.

Suatu ketika sampailah para bangau ke negeri mereka. Mungkin sekedar untuk melepas lelah, setelah terbang beratus-ratus kilometer menyeberangi lautan. Mungkin mereka juga sedikit kesal, mengapa tanah yang mereka jumpai setelah jauh terbang, hanyalah tanah kering, yang tidak bisa memberikan apa-apa. Meskipun demikian, mereka tetap bahagia, karena bisa bertemu dengan para semut.
Bangau banyak bercerita kepada semut tentang tempat-tempat di mana mereka pernah tinggal. Ada tempat yang subur, ada tempat yang banyak makanannya, dan sebagainya. Para semut tertegun dengan cerita bangau. Tapi, mereka ragu, mereka tidak percaya, apakah ada daerah subur lain yang melebihi rumah mereka sekarang.

Bangau terus mencoba meyakinkan para semut, kalau daerah subur yang lain itu ada. Kalau mau, semut bisa ikut dalam perjalanan para bangau selanjutnya. Tapi, semut tetap yakin pada pendiriannya. Mereka tidak percaya jika masih ada daerah lain yang bisa subur. Maka, ajakan para bangau sia-sia belaka. Mereka melanjutkan perjalanan, sementara para semut tetap hidup dalam kesusahan mereka.
Seringkali, kita bersikap seperti semut itu. Kita terkungkung dengan keyakinan kita. Kita tidak mudah percaya dengan pendapat orang. Kita begitu saja bersikap keras kepala. Padahal, ada banyak kebenaran lain di luar diri kita. Ada banyak kesempatan lain yang mungkin menawarkan kehidupan lebih baik bagi kita. Baik jika kita mulai membuka diri. Memberi ruang bagi banyak hal di luar diri kita. Itu tidak berarti kita membuka celah kegagalan kita, tetapi lebih-lebih untuk memperkaya pemahaman kita.

“Jika kamu tidak percaya, kamu tidak akan memahami!”
(si non crederitis, non intelligetis!—Yes 7,9)

2 komentar:

tuturswara mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
tuturswara mengatakan...

Sharingku ter :
"Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila bangau berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka tanah subur akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya.... " (ubah dikit dari Buddha) :)